Subhanallah sungguh luar biasa
ternyata huruf-huruf hijaiyyah yang dua puluh delapan kalau kita lihat dalam
konteks Ramadhan maka terdapat ilmu pengetahuan dan nilainya. Mulai dari huruf
hamjah sampai ya. Berikut penjelasannya :
1. Al-
Imaanu Walihtisabu (Beriman dan Mengharap Pahala)
Puasa merupakan ibadah yang
istimewa di sisi Allah swt, bahkan dalam suatu hadis qudsi dijelaskan bahwa
ibadah puasa itu hanya untuk Allah dan dia yang akan langsung membalasnya.
Allah memberikan janji ampunan bagi orang yang meaksanakan puasa dengan dasar
Imanan wahtisaban (iman yang disertai niat ikhlas).
Maksudya adalah bahwa setiap
orang hendaknya meandasi dirinya dengan keimanan dan berharap atau memohon pahala
dari Allah dan juga memohon ridhanya dalam semua aktivitas Ramadhan.
Dan Allah swt ketika mengawali
perintahnya dia menyeru kepada orang beriman dengan ungkapan yaa Ayyuhalladzina
amanu”, seperti firmannya :
“Hai orang-orang yang beriman
telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas rang-orang
sebelum kamu agar kamu beertaqwa (Al-Baqarah : 183)
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an, setiap
kali Allah menyebutkan perintah tentang kewajiban (larangan atau perintah)
secara khusus pasti lebih mendahulukan kata “Iman” sementara jika memerintah
ibadah secara umum lebih mendahulukan kata “An-Naas”. Karena kata iman dapat
merupakan kesiapan seseorang yang telah beriman untuk melaksanakan kewajiban
tersebut, sekalipun perintah tersebut berat dan membutuhkan tenaga dan harta. Seperti
puasa, shalat, zakat, puasa dan haji. Adapun jika kewajiban dalam bentuk umum
seperti ibadah kepada Allah swt, untuk menjelaskan bahwa tugas utama wujud manusia
di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah swt dan tunduk terhadap
perintah-perintahnya, maka diawali dengan seruan ya ayyuhannas”. Seperti firman
Allah swt: “Hai manusia, sembahlah
tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertaqwa”. (Al-Baqarah : 21)
“Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku” (Ad-dzariya:56)
Karena itu, setiap orang yang
beriman hendaknya melandasi setiap aktivitasnya dengan iman dan ihtisab, karena
dengan dua hal itu maka niscaya segala langkah dan aktivitas abdahnya akan
diterima mendapatkan pahala dari Allah swt dan ganjaran yang lebih besar. Dan banyak
lagi ayat-ayat lain yang menyebutkan bahwa segala perbuatan yang dilandasi iman
maka akan diterima oleh Allah swt dan diberi ganjaran yang setimpal, sementara
segala perbuatan yang tidak dilandasi dengan iman maka tidak akan bermanfaat di
sisi Allah swt. Sebaik apapun dan sebesar apapun perbuatan yang dilakukan
ibarat fatamorgana yang terlihat dari kejauhan seperti air namun ketika ketika
dihampiri kosong melongpong.
Allah swt berfirman :
“Dan orang-orang kafir amal-amal
mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh
orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak
mendapatinya sesuatu apapun dan didapatinya (ketetapan) Allah swt di sisinya,
Lalu Allah swt memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan
Allah swt adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (AN-Nuur : 39)
Dengan iman akan memunculkan
keikhlasan dalam beramal dan berbuat dan dengan ihtisab akan memunculkan
penyerahan diri kepada Allah sat atas segala perbuatan dan berharap kepada
Allah swt Maha pemberi pahala, ganjaran dan ridha untuk memberikan balasan yang
setimpal. Sebagaimana dengan iman sekecil apapun perbiatannya akan menjadi
besar di hadapan Allah swt dan yakin bahwa Allah swt akan melipat gandakan
segala perbuatannya berlipat ganda. Apalagi ibadah puasa merupakan amal yang
tidak dapat diketahui oleh siapapun kecuali dirinya dan dan Allah swt,
karenanya Allah swt memberikan ganjaran yang khusus kepada orang yang berpuasa
dengan iman dan ikhlas.
Rasulullah saw bersabda
“Barang siapa yang berpuasa karena iman dan berharap ganjaran dari Allah
swt maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun alaih)
Dalam hadits lain disebutkan :
“Barang siapa yang melakukan qiyam pada lailatul qadar, dengan penuh
iman dan ikhlas maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu (Bukhari)
Aisyah ra juga berkata :
“Barang siapa yang beritikaf karena iman dan ikhlas, maka di ampunilah
segala dosanya yang telah lalu.” (Ad-Dailamy)
Posting Komentar