Situasi saat ini terkadang
membuat sebagian orang mengeluh. Kehidupan nyaris disesaki beragam masalah.
Terutama masalah dalam ekonomi. Belum tuntas satu masalah sudah muncul masalah
yang lain. Tidak sedikit orang yang pada akhirnya putus asa. Seolah tak ada
lagi celah untuk meloloskan diri dari problematika hidup yang mencekiknya.
Banyak orang mengira bahwa
hiburan adalah solusi yang bisa mengatasi atau meringankan permasalahan yang
ada. Maka fasilitas hiburan pun beragam disediakan. Musik saban hari
diperdengarkan melalui televisi. Acara-acara yang membuat orang bisa tertawa
terus ditayangkan. Namun sejujurnya, hal seperti itu bukanlah solusi. Ia tak
ubahnya sebagai wadah yang menampung semua permasalahan yang pada tingkatan
selanjutnya akan melahirkan kegelisahan baru.
Solusi sesungguhnya ada pada
Islam. Islam hadir untuk membahagiakan manusia dan menghilangkan segala
kegelisahan yang ada padanya. Tidak saja di akhirat tapi juga di dunia. Dengan
apa Islam membahagiakan dan menentramkan kita? Salah satunya dengan zikrullah (menyebut dan mengingat Allah
SWT).
Sebesar apa pun permasalahan yang menerpa,
namun dengan hati dan lisan yang terus berdzikir, akan membuat seorang kebal
dari segala hal yang bisa mengusik kebahagiaannya. Rasulullah saw telah
memberikan jaminannya. Dan jaminan itu sungguh sangat logis. Sebab, orang yang
berdzikir itu adalah orang yang dekat kepada Allah. Allah tentu akan selalu
memperhatikan hamba-hambanya yang dekat kepadanya.
MANFAAT BERDZIKIR
Berdzikir setipa waktu memang
mestinya menjadi kebutuhan setiap muslim. Sebab kita menyadari, di sekitar kita
ada setan yang selalu mengintai kelengahan kita untuk menyerang. Dzikir adalah
salah satu metode yang bisa memproteksi diri kita dari serangan setan.
Kesadaran inilah yang dibangun
oleh Rasulullah saw kepada segenap umatnya. Hal itu terlihat jelas dalam
Hadits-Hadits beliau. Rasulullah saw pernah ditanya tentang siapa yang paling
besar nilai jihadnya? Beliau menjawab yang besar dzikirnya kepada Allah. Kemudian
beliau juga ditanya, siapa yang paling besar nilai puasanya? Dan Rasulullah saw
ditanya dengan beberapa pertanyaan lain, namun jawabannya selalu sama, “Orang
yang paling besar dzikirnya kepada Allah.” Umar pernah mengatakan,”Pergilah
orang berdzikir dengan menggenggam semua kebaikan.”(lihat Durus Aqidiah Mustafadah Minal Haj : 128-130)
Hal itu tidak mengherankan.
Karena, ibadah-ibadah yang kita lakukan sebenarnya tujuan utamanya adalah untuk
berdzikir dan mengingatnya. Allah berfirman,”...dan dirikanlah shalat untuk
mengingatku.”(Thaha:14)
Selain itu juga, dzikir akan
mengalirkan ketenangan hati dalam diri kita dan meringankan segala hal yang
memberatkan. Allah berfirman “(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (Arra’d
: 28)
Seseorang pernah bertanya kepada
Rasulullah saw, :Wahai Rasulullah, sungguh syariat sangat banyak, maka
kabarkanlah kepadaku sesuatu yang bisa aku pegangi.” Rasulullah saw menjawab: (Hendaklah) lisan kamu selalu terbasahi
dengan dzikir kepada Allah (Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sumber utama setiap kegelisahan
adalah dosa yang kita perbuat. Sekecil apa pun dosa yang kita lakukan, itu akan
meninggalkan titik hitam di hati. Tidak akan mungkin kebahagiaan itu menembus
hati yang penuh dengan titik hitam. Dzikir hadir untuk menjaga sekaligus
membersihkan hati kita dari titik hitam.
Karenanya, ketika seorang
laki-laki datang kepada Hasan Al-Bahsri dan mengadukan keras hatinya, maka
Hasan Al-Bahsri menjawab dengan singkat,”Cairkanlah hatimu dengan
dzikir.”(Al-Wabilusshoyyib :142)
DZIKIR YANG BERKUALITAS
Berdzikir adalah aktivitas
sederhana, namun efeknya bisa sangat luar biasa. Bagaimana supaya dzikir kita
memberikan efek? Tentu saja dengan menggali dan mengkaji cara Rasulullah SAW
dalam berdzikir.
Hadits di atas mengisyaratkan
bahwa ibadah yang satu ini dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan sendirian.
Rasulullah saw tidak memimpin sahabatnya dalam berdzikir seperti halnya ketika shalat.
Sebab andaikta yang demikian itu dilakukan, maka pasti akan banyak yang
meriwayatkannya dengan lafadz yang sarih (jelas) dan jalur periwayatan yang
shahih.
Kalaupun terdapat ucapan beliau
yang mengesankan bahwa sahabat berkumpul dalam berdzikir, maka itu tidak
memberikan makna bahwa beliau memimpinnya, yang ada adalah mereka berkumpul
dalam berdzikir, namun pelaksanaannya sendiri-sendiri. Bahkan dalam riwayat
yang lain Rasulullah saw memuji dan menjanjikan keutamaan yang besar bagi
mereka yang berdzikir sendirian dan mengalirkan air mata. Beliau pernah
mengabarkan bahwa ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah
swt, salah satunya adalah orang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian
lalu ia menangis.
Jadi, dzikir yang paling afdhal
adalah dzikir yang diucapkan dengan penuh penghayatan dalam keadaan sendirian
sehingga mengalirkan air mata. Dzikir seperti inilah yang diajarkan oleh Nabi
dan menghiasi kehidupan para sahabat.
Mereka banyak menangis dimalam hari ketika berdzikir dalam
kesendiriannya. Dan efek dzikirnya itu langsung terlihat di siang harinya
dengan kegigihan mereka dalam menjalankan syariat-syariat Allah dan berjihad
dijalan-Nya. Semoga kita diberikan taufik untuk encotoh cara Rasulullah Saw
dalam dzikir, sehingga kita merasakan dahsyatnya berdziki kepadanya.
Posting Komentar